Abdimas: INOVASI “SISTEM CHILD GROWTH-CHART MONITORING” UNTUK MENDETEKSI DAN MENCEGAH KONDISI STUNTING DI DESA CITEUREUP DAYEUHKOLOT KAB. BANDUNG

SKEMA COMMUNITY SERVICE ENGAGEMENT (CSE) Tahap 1

Inovasi ini diawali dari Program Abdimas skema Kolaborasi Internal tahun 2020 dengan ketua tim peneliti Husneni Mukhtar, Ph.D (MKH) dari KK CEIS Prodi S1 Teknik Elektro FTE. Bersama-sama dengan anggota lainnya, diantaranya Dr.Eng. Willy Anugrah Cahyadi (WAC), Dien Rahmawati, M.T. (IEN), Dr. Eng. Faisal Budiman (FSB) dan Muh. Zakiyullah R., Ph.D (ZAR) serta melibatkan sejumlah mahasiswa dari Lab Biospin (diantaranya Arik Geraldy dan Wiratama Abi Satya), produk yang diberi nama “e-stunting detection” ini akhirnya selesai tepat waktu di tengah-tengah pandemi Covid-19 (Gambar 1a). Produk TRL 5 ini berfungsi untuk mengukur tinggi dan berat badan (TB/ BB) serta mendeteksi kondisi stunting dan pertumbuhan anak berumur 0-36 bulan di Posyandu Melati RW 10. Urgensi dari produk ini salah satunya adalah membantu percepatan Stranas pemerintah dalam menekan dan mengurangi angka stunting di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Kabupaten Bandung termasuk dari salah satu daerah prevalensi tinggi (> 30%) di provinsi Jabar. Ditambah lagi, lokasinya tidak jauh dari Telkom University, salah satunya adalah Kec. Dayeuhkolot Desa Citeureup. Dalam implementasinya, tim KK CEIS berkolaborasi dengan KK RIE dan tim dari FIT dalam pembuatan kartu sehat dan buku panduan stunting.

Hasil inovasi produk yang sudah didaftarkan paten sederhana melalui BTP Universitas Telkom ini selanjutnya terus dikembangkan dengan masih mengusung latar belakang dan urgensi awal yang sama. Tidak hanya di RW 10, tapi kali ini tim bermitra dengan RW lainnya yaitu RW 13 dan RW 14 (Gambar 1b). Tim KK CEIS yaitu MKH, WAC, IEN dan diketuai oleh Dr. Achmad Rizal (ARL) melanjutkan pengembangan inovasi produk ini ke arah produksi atau dalam bentuk produk akhir dalam skema CSE karena Desa Citeureup resmi menjadi desa binaan Tel-U dalam program CSE. Dengan dibantu tim KK Inlive FIK, yaitu Teuku Zulkarnain Muttaqien, M.Sn dan Diena Yudiarti, M.S.M, produk ini dikemas dengan desain yang lebih menarik serta packaging yang ditingkatkan agar sistem dapat disimpan kembali atau dapat mudah dibawa. Hal ini menjadi penting karena Posyandu yang ada di Kab. Bandung tipenya masih Madya, atau dengan kata lain, belum memiliki ruangan atau bangunan yang terpisah dan mandiri (misalnya di Balai desa, gedung serba guna, bangunan PAUD, dll) sehingga peralatan Posyandu harus dibereskan jika pelaksanaan acara rutinnya selesai digelar. 

Konsep dari pengembangan produk inovasi ini adalah memberikan kemudahan, efisiensi waktu dan kinerja bahkan pelaporan dan atau monitoring. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2, sistem dengan nama “Child growth-chart monitoring” ini menggantikan dan menaikkan nilai tambah dari sistem ukur TB/BB konvensional yang digunakan oleh Posyandu sebelumnya. Penimbangan BB bayi biasanya menggunakan timbangan mekanik atau digital lalu bayi dipindahkan ke tempat lain menggunakan papan ukur untuk mengukur TB nya. Proses dua kali ini lumayan menyita waktu, tenaga, dan kesabaran dikarenakan jumlah anak yang datang ke posyandu rata-rata 100-150 orang dan kondisi beberapa anak yang rewel atau menangis saat pengukuran berlangsung. Sementara itu, anak >2 tahun dan balita ditimbang menggunakan dacin atau timbangan mekanik dan pengukuran tinggi dengan meteran dinding jika sudah dapat berdiri. Namun tidak sedikit bayi dan balita yang tidak nyaman dan menangis ketika ditimbang dengan dacin. Walupun faktanya, dacin adalah alat ukur yang reliable dan lebih akurat dibandingkan timbangan mekanik, bahkan digital. Pada produk inovasi ini, kekurangan tersebut diatasi dengan kalibrasi sensor strain gauge yang dapat dilakukan secara periodik oleh pengguna. Kemudahan yang ditawarkan produk ini adalah single measurement untuk masing-masing bayi dan balita dalam mengukur TB dan BB nya. Nilai dari waktu ukur TB/BB dan total waktu proses pengukuran (mulai dari proses input data dan proses pengukuran) per anak berturut-turut adalah 5 detik dan 30-60 detik. Produk juga dilengkapi dengan mode pengiriman data berupa bluetooth dan wifi, disesuaikan dengan kondisi daerah, untuk tujuan penyimpanan dan pelaporan data. Sebagai informasi akhir, program abdimas skema CSE ini sekarang sudah memasuki tahap kedua. Program tambahan yang akan diimplementasikan adalah workshop ibu smart untuk anak sehat yang akan dipandu oleh dr. Fenty Alia, M.Kes.A3M., salah seorang dosen baru di Prodi S1 Teknik Biomedis FTE. (\MKH).

Gambar 1. (a) Implementasi e-stunting detection pada riset Abdimas skema kolaborasi internal PPM Tel-U. (b) Pengembangan produk inovasi untuk tahap prototype akhir di Posyandu Melati 13 dan Melati 14 Desa Citeureup dengan skema Community Service Engagement (CSE).

Gambar 2. Ilustrasi inovasi produk atau sistem “Child growth-chart monitoring” dalam menggantikan dan memberikan benefit lebih tidak hanya bagi kader Posyandu dan pemerintah namun juga para bayi dan balita. Sistem ukur berbasis sensor strain gauge dan ultrasonic ini menawarkan dua mode pengiriman data dalam kebutuhan monitoring/ pemantauannya serta desain yang menarik, compact, dan portable.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *